Panca Acintyabhakti berasal dari Bahasa Sansekerta. Panca berarti lima, acintya berarti tidak terjangkau pikiran, dan bhakti berarti kebaktian, kepercayaan atau pernyataan hormat. Ada lima hal yang perlu dipersembahkan kepada Tuhan dalam rangka menyatakan hormat. Kelima hal tersebut adalah sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa, dan sembah karsa. Acintyabhakti hanya mungkin dipersembahkan melalui sikap doa. Mengingat, doa adalah ibu dari semua kebaktian. Bacaan dari I Timotius 2:1-7 memberikan penjelasan tentang pentingnya doa. Bagi Rasul Paulus, berdoa untuk para pemimpin merupakan hal yang sangat penting. Tuhan menitipkan banyak hal kepada para pemimpin untuk kesejahteraan umat. Doa bagi para pemimpin dilakukan agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Di tengah kehidupan tenang dan tenteram, diharapkan karya penyelamatan Allah berlangsung lebih efektif di tengah dunia ini.
Lalu bagaimana jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya? Bagaimana jika ternyata para pemimpin kita sering melakukan tindakan-tindakan yang justru menimbulkan penderitaan bagi rakyatnya? Mislanya saja dengan adanya pemimpin yang melakukan tindakan korupsi? Kebaktian Nabi Amos yang berpihak kepada umat yang lemah, tertindas dan terpinggirkan pantas menjadi bahan perenungan Gereja sebagai salah satu kekuatan moral sekaligus kekuatan civil society. Amos hanya takut kepada Tuhan. Ini menjadi modal penting baginya untuk mengembangkan sikap hidup dan kebaktiannya. Kurang lebihnya, dengan sikap acintyabhakti kepada Tuhan, maka ia pun tahu bahwa Tuhan berpihak kepada orang-orang yang lemah, tidak berdaya dan dipinggirkan. Sampai-sampai dikatakan betapa Tuhan tidak melupakan dosa-dosa akibat kekejaman mereka! Sikap acintyabhakti yang dimilki Amos melahirkan sebuah gerakan kemanusiaan yang kuat untuk membela mereka yang tertindas.
Sikap acintyabhakti yang demikian nyata sekali dalam karya Tuhan Yesus Kristus yang sangat peduli kepada kemanusiaan. Kristus Yesus adalah manusia yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia. Yesus Kristus menjadi sumber segala kebaktian hidup. Dengan kata lain, sikap acintyabhakti akan berkembang apabila pengorbanan Tuhan Yesus menjadi dasarnya. Mengingat, satu-satunya manusia yang mahakasih hanyalah manusia Yesus Kristus. Dengan sikap acintyabhakti – sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, sembah rasa dan sembah karsa – diharapkan kebaktian manusia mencapai pemahaman terdalam akan hakikat Allah yang Maha Kasih. Dengan demikian, apa yang sering dikatakan orang sebagai manunggaling kawula Gusti sungguh menjadi pengalaman hidup orang beriman.